Konflik sipil di Suriah telah berjalan selama hampir lima tahun. Krisis yang awalnya hanya bagian dari
Arab Spring berkembang setelah munculnya beragam aktor baru seperti dideklarasikannya pembentukan Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS), koalisi yang dipimpin oleh AS untuk melawan NIIS, dan terbaru, Rusia juga ikut melawan NIIS dalam koridor yang berbeda. Total kini terdapat
lima pihak yang terlibat:
Pemerintah Suriah pimpinan Bashar al Assad yang didukung Rusia, Iran, dan Hezbollah Lebanon; pihak oposisi yang tergabung dalam
Syrian National Council yang didukung AS, Turki, Saudi, Qatar, dan Prancis; militan
Kurdi Rojava (Peshmerga);
Front Al Nusra yang merupakan cabang Al Qaeda; serta
NIIS.
|
Peta konflik 23 Februari 2016. Merah: kontrol pemerintah Damaskus;
Hijau: oposisi; Kuning: Kurdi Rojava; Hitam: NIIS; Putih: Front al Nusra.
Sumber: Wikipedia |
Berbicara tentang konflik di Suriah, tentu tidak lepas dari sosok Bashar al Assad yang kini menjabat sebagai presiden. Bashar merupakan anak dari Hafez al Assad yang memerintah Suriah selama tiga pulun tahun dari tahun 1970 hingga kematiannya pada 2000. Setelah itu, Bashar -yang sejak 1994 didapuk sebagai penerus karena kakaknya, Bassel, meninggal dalam kecelakaan mobil- memegang tampuk kekuasaan. Pada tahun 2014, setelah memenangi pemilu, Bashar menjadi presiden untuk kurun ketiga, yang akan memegang jabatan hingga tahun 2021 mendatang.
Bashar al Assad lahir dari keluarga sekte Alawi, sebuah sekte unik yang berasal dari Islam Syiah Dua Belas Imam. Latar belakang Alawi dan keluarganya akan dibahas pada artikel berikut ini.
Perlu diketahui, kaum Alawi di sini tidak berhubungan sama sekali dengan Bani 'Alawi yang merupakan keturunan Nabi Muhammad dari jalur Husain bin Ali. Bani Alawi atau Ba'alawi sendiri merupakan penganut mazhab Syafii yang turut menyebarkan Islam di Indonesia. Tokoh-tokoh Bani Alawi yang terkenal seperti Ali Alatas (mantan Menlu Indonesia), Habib Rizieq Syihab (ketua FPI), dan Habib Ali al Jufri tidak akan dibahas pada artikel ini.