Attila si Hun (Attila the Hun) adalah pemimpin Kekaisaran Hun yang mengguncang Eropa pada abab ke-4 Masehi. Awalnya, ia memerintah bersama adiknya, Bleda dari tahun 434 hingga 445 M. Setelah Bleda meninggal, Attila menjadi kaisar seorang diri hingga ajal menjemputnya delapan tahun kemudian. Masa pemerintahannya dianggap sebagai masa terburuk dalam sejarah Eropa. Ia dijuluki "Kemarahan Tuhan"
(Scourge of God) karena pasukan kavaleri Hun tidak segan-segan membantai siapa pun yang mencoba menghalangi gerak mereka. Ia sukses membuat Kekaisaran Romawi harus membayar upeti tahunan demi keselamatan mereka dari pasukan Hun.
|
Gambaran mengenai Attila oleh Eugene Delacroix (sekitar 1843-1847) |
Hingga pada suatu malam tahun 453 Masehi, saat Attila sedang menjalani malam pertama pernikahannya dengan Ildico, seorang putri Jerman, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Attila mengalami perdarahan hebat pada hidungnya yang membuat darahnya terus mengucur hingga membuatnya harus meregang nyawa. Kematiannya menjadi antiklimaks dari perluasan Kekaisaran Hun di Eropa. Kekaisaran Hun sendiri runtuh enam belas tahun kemudian, setelah melewati masa-masa perebutan takhta di antara putra-putra Attila. Keruntuhan yang sangat drastis ini mirip dengan pergerakan prajurit Hun di medan perang yang datang dengan cepat, menyerang cepat, dan pergi dengan lebih cepat.
Jasad Attila segera dibawa ke suatu tempat di padang rumput untuk ditampilkan di dalam tenda dari sutra. Catatan tertulis menyebutkan bagaimana para prajurit memasuki tenda. Mereka menarik rambut mereka sendiri dan menyobek muka mereka. Alasan dari tindakan ini adalah memastikan bahwa kepergian Attila disambut oleh darah para prajurit, bukan air mata para wanita.