Attila si Hun (Attila the Hun) adalah pemimpin Kekaisaran Hun yang mengguncang Eropa pada abab ke-4 Masehi. Awalnya, ia memerintah bersama adiknya, Bleda dari tahun 434 hingga 445 M. Setelah Bleda meninggal, Attila menjadi kaisar seorang diri hingga ajal menjemputnya delapan tahun kemudian. Masa pemerintahannya dianggap sebagai masa terburuk dalam sejarah Eropa. Ia dijuluki "Kemarahan Tuhan" (Scourge of God) karena pasukan kavaleri Hun tidak segan-segan membantai siapa pun yang mencoba menghalangi gerak mereka. Ia sukses membuat Kekaisaran Romawi harus membayar upeti tahunan demi keselamatan mereka dari pasukan Hun.
Gambaran mengenai Attila oleh Eugene Delacroix (sekitar 1843-1847) |
Jasad Attila segera dibawa ke suatu tempat di padang rumput untuk ditampilkan di dalam tenda dari sutra. Catatan tertulis menyebutkan bagaimana para prajurit memasuki tenda. Mereka menarik rambut mereka sendiri dan menyobek muka mereka. Alasan dari tindakan ini adalah memastikan bahwa kepergian Attila disambut oleh darah para prajurit, bukan air mata para wanita.
Pascakematiannya, ia dimakamkan dengan tiga lapis peti mati yang menurut legenda terbuat dari emas, perak, dan besi. Emas dan perak disebutkan melambangkan kebesarannya sebagai kaisar sedangkan besi melambangkan kekuatannya atas segala bangsa. Alat-alat perang dari pasukan yang dikalahkan beserta batu permata dan perhiasan juga ikut ditambahkan ke dalam peti matinya. Harta menakjubkan ini, tentu saja harus disembunyikan dari orang-orang yang mengincar kekayaan. Maka dari itu, semua orang yang mengikuti proses pemakamannya harus dibunuh.
Ada beberapa kisah mengenai di mana Attila dimakamkan. Cerita pertama adalah pemakamannya berlangsung pada malam hari dan mereka yang terlibat langsung dibunuh untuk merahasiakan lokasi pemakamannya. Ada juga kisah lain yang menyebutkan bahwa jasadnya dikuburkan pada padang stepa lalu ribuan kuda dilepaskan untuk menginjak-injak tanah di sekitarnya untuk mengaburkan bekas galian kuburannya. Cerita lain yang tidak kalah populer adalah Sungai Tisza dibelokkan untuk mengaliri tanah di mana dia dikebumikan. Menurut para etnograf, legenda mengenai pemakaman yang membelokkn Sungai Tisza sebenarnya menceritakan mengenai prosesi pemakaman dari kaisar (khagan) dari Kekaisaran Avar (abad ke-6 hingga ke-9 Masehi). Sama dengan kisah-kisah sebelumnya, mereka yang terlibat prosesi pemakamannya akan langsung dibunuh.
Kisah mengenai pemakaman Attila sendiri sangat mirip dengan legenda yang berkembang mengenai pemakaman dari kaisar Mongol, Jenghis Khan. Keduanya sama-sama meninggal dengan misterius dan dikebumikan secara misterius pula hingga sampai sekarang, tidak ada yang tahu di mana lokasi makam keduanya. Sama dengan Attila, Jenghis Khan juga meminta lokasi pemakamannya dirahasiakan, sehingga semua yang terlibat dalam pemakamannya, walau hanya menyaksikan, akan segera dibunuh. Tujuannya sama, menghindari adanya pencurian makam. Pada kasus Jenghis Khan, arkeolog menduga makamnya ada di Provinsi Khentii, Mongolia. Meski demikian, walau telah menggunakan radar penembus tanah hingga citra satelit, belum ada satupun yang menemukannya.
Aliran sungai Tisza (biru tua) dyang mengalir ke sungai Danube |
Kota Tápiószentmárton, sebelah tenggara Budapest, telah membangun replika dari istana Attila berdasarkan tulisan dari Priscus Rhetor, utusan Romawi kepada Hun pada tahun-tahun terakhir Attila. Banyak yang berspekulasi, harta karun Attila terletak di sekitar kota ini, meski hingga kini tidak pernah ditemukan.
Sumber:
Andrews, Evan. 28 Juli 2015. "7 Lost Burial Sites". (http://www.history.com/news/history-lists/7-lost-burial-sites, diakses pada 29 Desember 2016 pukul 23.25)
Jackson, Kevin. 14 Agustus 2007. "Attila's Lost Treasure". (http://budapesttimes.hu/2007/08/14/attilas-lost-treasure/, diakses pada 29 Desember 2016 pada 23.10)
Zoltan, Haasz. 12 Januari 2015. "Attila the Hun's Legendary Triple Coffin". (http://www.laquaroutes.com/attilas-legendary-triple-coffin/, diakses pada 29 Desember 2016 pukur 23.15)
0 komentar:
Posting Komentar