Rabu, 17 Juli 2019

Mereka Para Alumni Balap A1GP

Balap A1GP adalah balap mobil yang pesertanya mewakili suatu negara. Tiap edisi balapan A1GP, tiap negara peserta akan mengikuti dua kali lomba yaitu Balapan Singkat (Sprint Race) dan Balapan Utama (Feature Race). Pada akhir tiap musimnya, negara yang mengumpulkan poin terbanyak akan menjadi juara utama. Karena pesertanya mewakili negara, maka kejuaraan ini juga disebut sebagai "World Cup of Motorsports".


Balap A1GP awalnya diusulkan pada 2003 oleh Sheikh Maktoum bin Hasher bin Maktoum Al Maktoum dari Dubai. Setelah mendapatkan persetujuan dari FIA selaku organisasi induk olahraga motor, kalender balap pun disusun dengan musim pertamanya pada musim 2005-06. Balapan perdananya digelar di Sirkuit Brands Hatch di Britania Raya pada 25 September 2005, diikuti oleh 25 negara peserta dengan Nelson Piquet Jr. dari Brazil sebagai pemenangnya. Setelah 11 ronde pada musim perdananya, tim Prancis berhasil menyabet gelar juara utama dengan pembalapnya Alexandre Premat dan Nicolas Lapierre.

Mobil A1GP generasi pertama (Lola-Zytek)[1]
Pada musim 2006-07, tim Jerman yang dipiloti oleh Nico Hulkenberg berhasil menjadi juara utama. Selanjutnya, pada musim 2007-08, giliran Neel Jani dan Sebastien Buemi yang membawa tim Swis yang menjadi juara utama. Kejuaraan pun memasuki musim keempat pada tahun 2008-09 yang ternyata harus menjadi musim pamungkas dari A1GP. Pada musim ini, Adam Carroll membawa tim Irlandia menjadi juara utama pada musim yang hanya berjalan selama tujuh putaran. Ketiadaan sponsor besar membuat balapan ini bangkrut setelah hanya empat musim dengan 39 edisi (78 lomba).

Kejuaraan A1GP termasuk kejuaraan mobil spek. Pada kejuaraan ini, tiap negara peserta akan mendapatkan mobil yang sama, sehingga kemampuan tiap tim peserta dan pembalaplah yang akan memengaruhi hasil balapan. Pada musim pertama hingga ketiga, badan mobil dipasok oleh Lola-Zytek sedangkan pada musim keempat mobil disuplai oleh Ferrari.

Mobil A1GP generasi kedua "Powered by Ferrari"
Dari empat musim yang dijalaninya, A1GP telah berhasil mengorbitkan beberapa nama yang di kemudian hari menjadi pembalap hebat yang terkenal. Ada pula pembalap yang kembali ke performa terbaiknya pada ajang ini. Dari 134 pembalap yang pernah berlaga pada ajang A1GP, kami rangkum beberapa nama dari mereka yang pernah mencicipi ajang A1GP.

1. Adam Carroll (Irlandia)
Sumber: Wikipedia
Carroll mulai mencuri perhatian dunia balap ketika ia menduduki posisi dua pada Formula Tiga tahun 2004. Selanjutnya, ia naik kelas ke GP2 Series dan langsung menduduki lima besar klasemen akhir. Sayangnya, ia tidak bisa melanjutkan performa apiknya hingga ia dipanggil Tim A1 Irlandia pada musim 2007-08. Pada musim tersebut, ia membawa Tim Irlandia ke peringkat enam klasemen akhir dengan empat podium termasuk satu kemenangan di Meksiko. Musim berikutnya, tim Irlandia berhasil menjadi juara utama melalui delapan podium dan lima kemenangan dari 14 lomba yang digelar. Terakhir, Carroll bergabung dengan Jaguar Racing di ajang Formula E musim 2016/17, namun ia gagal bersinar. Kini, ia mengikuti kejuaraan Jaguar I-Pace eTrophy bersama TWR Techeetah menggantikan pembalap utamanya, Stefan Rzadzinski.

2. Adrian Sutil (Jerman)
Sumber: Wikipedia (2011)
Pembalap yang menghabiskan sebagian besar kariernya di tim F1 Force India ini pernah berlaga membela negaranya pada musim A1 2005-06. Ia mengikuti tiga seri (enam lomba) di Portugal, Australia, dan Uni Emirat Arab menggantikan pembalap utama, Timo Scheider. Sayangnya, ia gagal finis pada empat lomba dan hanya berada di posisi 12 pada dua laga sisanya. 

3. Alex Yoong (Malaysia)
Sumber: Wikipedia
Sebelum turun ke A1GP, Alex pernah berlaga di F1 bersama tim Minardi pada musim 2001 dan 2002. Bersama Minardi, ia gagal bersinar dan sering finis di posisi buncit. Kala itu, banyak yang menganggapnya terlalu dini untuk masuk F1 karena alasan sponsor. Tetapi, Alex berhasil membuktikan kualitasnya saat membalap dengan tim A1 Malaysia pada musim 2005-06 hingga 2007-08. Pada musim pertama, ia secara konsisten masuk sepuluh besar. Podium pertamanya diraih di Sirkuit Sentul pada balapan utama. Selanjutnya, pada seri pamungkas di Shanghai, ia memenangkan balapan singkat serta menduduki juara dua pada balapan utama, mengangkat tim Malaysia ke peringkat lima klasemen akhir. Musim keduanya di A1GP tidak semulus musim pertama, namun ia berhasil menyabet tiga kemenangan, dua di Ceko dan satu di Meksiko. Musim ketiga bukan musim yang baik bagi Yoong, di mana ia hanya masuk sepuluh besar pada empat dari empat belas lomba yang dijalaninya. Terakhir, ia mengikuti Audi R8 LMS Cup dan menjadi juara utama pada tahun 2014, 2015, dan 2016. 

4. Alexandre Premat (Prancis)
Sumber: Wikipedia (2008)
Setelah memenangkan berbagai kompetisi lokal di Prancis dan Eropa, Premat bergabung dalam kompetisi GP2 bersama ART pada tahun 2005. Pada musim tersebut, ia menduduki peringkat empat klasemen akhir. Nama Premat semakin mencuat setelah ia bersama Nicolas Lapierre turut membawa tim Prancis menjadi juara umum A1GP musim perdana. Dari sepuluh lomba yang dilakoninya, ia memenangkan tujuh di antaranya, ditambah satu podium kedua di balapan perdana A1GP di Inggris. Dari prestasinya baik di A1GP maupun GP2 membuatnya ditarik tim F1 Midland untuk menjadi pembalap tes pada musim 2006. Sayangnya, selepas itu kariernya di DTM tidak begitu cemerlang dan kini ia membalap dalam berbagai kejuaraan mobil ketahanan. Ia juga kini terdaftar sebagai calon pembalap dalam ajang Electric GT[2].

5. Andre Lotterer (Jerman)
Sumber: Wikipedia (2012)
Pada awal kariernya, Andre pernah bergabung dengan tim F1 Jaguar sebagai pembalap tes pada musim 2001 dan 2002, tetapi ketiadaan kursi membuat Andre pindah ke Jepang untuk mengikuti kejuaraan Super Formula (Formula Jepang) dan Super GT/JGTC. Kiprahnya di Jepang cukup mentereng, di mana ia selalu menjadi penantang kuat gelar juara baik di Super Formula maupun JGTC. Gelar pertama yang ia peroleh adalah juara umum Super GT musim 2006 dilanjutkan dengan gelar kedua pada tahun 2009 ditambah dengan juara umum Formula Jepang pada musim 2011.

Di sela-sela karier balapnya di Jepang, pada musim 2008/09 ia dipanggil tim A1 Jerman untuk membalap pada satu edisi di Sirkuit Algarve, Portugal. Ia gagal finis pada balapan pertama akibat kecelakaan lap pertama. Namun pada balapan kedua, ia finis kesembilan dan membawa pulang dua poin, satu-satunya poin tim Jerman pada musim 2008/09.

Mulai 2010, Andre menjajal balapan ketahanan, di mana ia menjadi pembalap pertama yang tiga kali memenangkan Le Mans 24 Jam; yaitu pada tahun 2011, 2012, dan 2014. Selanjutnya, ia juga menjadi juara dunia WEC kategori LMP-1 pada musim 2012. Ia kini masih aktif membalap di ajang WEC bersama Rebellion Racing dan Formula E bersama Techeetah.

6. Filipe Albuquerque (Portugal)
Sumber: Wikipedia (2016)
Setelah menjuarai kompetisi regional, A1GP merupakan ajang primer pertama yang diikuti oleh Filipe. Meski baru bergabung di tengah musim 2007-08, Filipe langsung memberikan sumbangsih nyata dengan selalu finis sepuluh besar dari delapan lomba yang dilakoni. Termasuk di antaranya adalah satu podium kedua dan dua podium ketiga. Hasil ini mengantarkan Portugal ke peringkat 11 klasemen akhir, di mana 47 dari 59 poin Portugal disumbangkan oleh Filipe. Musim selanjutnya, ia meriah enam podium termasuk kemenangan di Shanghai, Cina. Hasil tersebut membuat Portugal berada di peringkat ketiga klasemen akhir, hanya tiga poin di belakang Swis. Hanya dua kali Filipe gagal mencetak poin, dua-duanya pada seri Belanda di mana ia mengalami kecelakaan pada balapan utama.

Mulai tahun 2011, Filipe aktif mengikuti berbagai ajang ketahanan mobil. Pada tahun 2016, ia meraih peringkat dua klasemen akhir WEC untuk kelas LMP2 sedangkan pada 2018, ia memenangkan kejuaraan Daytona 24 Jam.

7. Ho-Pin Tung (Tiongkok)
Sumber: Twitter @hopintung[3]
Pembalap yang juga berkewarganegaraan Belanda ini mulai meniti karier dengan menjuarai Formula 3 Jerman pada musim 2006. Setelah itu, ia bergabung dengan tim A1 Tiongkok pada lima putaran musim 2006-07. Meski jarang mencetak poin, ia menjadi sorotan saat berhasil menduduki podium ketiga pada balapan kedua di Australia. Tung kembali ke tim A1 Tiongkok pada musim 2008-09, namun ia hanya mencetak poin pada tiga dari sepuluh balapan. Setelah itu, ia malang melintang pada ajang GP2, Superleague Formula, IndyCar, dan Formula E, namun kurang sukses. Tung lalu banting setir ke ajang ketahanan dan menjuarai Le Mans 24 Jam tahun 2017 untuk kategori LMP2. Tung juga meraih peringkat dua WEC musim 2017 untuk kategori 2017. Kini, ia menjadi pembalap cadangan untuk Jaguar Racing di Formula E, selain itu ia juga menjadi komentator untuk ajang Jaguar I-Pace eTrophy.

8. Jos Verstappen (Belanda)
Sumber: Wikipedia (2005)
Setelah pensiun dari F1 tahun 2003, ayah dari pembalap F1 Max Verstappen ini pernah berlaga di A1GP pada musim 2005-06. Dua buah podium ia persembahkan, pertama adalah kemenangan pada balapan utama seri Afrika Selatan di Durban dan yang kedua adalah juara kedua di seri Meksiko. Hasil tersebut membawa tim Belanda berada di peringkat tujuh klasemen akhir. Jos berpisah pada awal musim 2006/07, akibat gaji yang belum dibayar. Setelah itu, ia sempat membalap pada Le Mans 24 Jam dan menang pada kelas LMP2 pada tahun 2008.

9. Karun Chandhok (India)
Sumber: Wikipedia (2019)
Karun merupakan pembalap kedua dari India yang pernah berlaga di Formula Satu, tepatnya pada tahun 2010 bersama Hispania dan 2011 bersama Lotus. Kariernya bermula saat ia menjuarai Formula 2000 Asia pada tahun 2001 yang kemudian dilanjutkan pada Formula 3 Inggris dengan hasil terbaik pada tahun 2003 ketika ia meraih posisi tiga klasemen akhir.

Di sela-sela musim 2005 dan 2006, ia dipanggil untuk membalap di A1GP mewakili tim India, meski di sana ia hanya membalap tiga kali dan gagal masuk sepuluh besar. Prestasinya lalu menanjak dengan menjuarai musim pertama Formula Asia V6 Renault pada tahun 2006 dan kemudian dilanjutkan dengan mengikuti GP2 Series dari 2007 hingga 2009 di mana ia meraih dua kemenangan dan lima podium. Sempat dihubungkan dengan tim F1 Force India, ia memutuskan untuk bergabung dengan tim anyar Hispania Racing, bermitra dengan Bruno Senna.

Karier balapannya termasuk singkat, di mana musim terakhir ia membalap penuh adalah pada Formula E 2014/15 bersama Mahindra Racing yang juga berasal dari India. Ia pernah menjadi komentator untuk BBC Radio 5 Live dan Sky Sport F1 sebelum pindah ke Channel 4 pada 2016 sebagai analis dan reporter. Kini, ia kembali bergabung dengan Sky Sport F1 untuk musim 2019.

10. Loic Duval (Prancis)
Sumber: Wikipedia (2018)
Loic merupakan satu dari segelintir dari pembalap Eropa yang meniti kariernya dengan mengikuti kejuaraan Benua Asia, di mana ia mengikuti kejuaraan Formula Nippon dan Super GT. Ia menjadi juara utama Formula Nippon pada musim 2009 sedangkan pada ajang Super GT, ia menjadi juara utama pada musim 2010. Awalnya, ia mengikuti kedua kejuaraan tersebut sekaligus, tetapi mulai tahun 2008, ia menjajal ajang balapan ketahanan hingga pada tahun 2015, ia fokus pada balapan ketahanan internasional dan meninggalkan balapan Jepang. Kariernya di balapan ketahanan cukup gemilang, dengan menjuarai Le Mans 24 Jam pada tahun 2013 dan titel World Endurance Championship pada tahun yang sama bersama Audi. Di sela balapan ketahanan, ia mengikuti Formula E musim 2014/12 hingga 2016/17 bersama Dragon Racing, di mana ia meraih dua podium.

Di tengah karier balapannya di Jepang, Loic bergabung dengan tim A1 Prancis, di mana ia membalap dalam 24 balapan pada musim 2006/07 hingga 2008/09. Dari 24 balapan tersebut, ia menang dua kali, sepuluh kali masuk podium, dan hanya gagal masuk sepuluh besar empat kali; mengantarkan tim Prancis masuk lima besar klasemen umum tiga musim berturut-turut.

11. Narain Karthikeyan (India)
Sumber: Wikipedia (2011)
Karthikeyan merupakan pembalap F1 pertama dari India, di mana ia bergabung dengan Jordan pada 2005 dilanjutkan dengan Hispania pada musim 2011 dan 2012. Pada tahun 2007, ia bergabung dengan tim A1 India menggantikan pembalap utama Arman Ebrahim yang gagal mencetak poin dalam sepuluh balapan (lima seri) awal. Dari sepuluh balapan yang dilakoninya pada musim 2006/07, ia tiga kali mencetak poin dengan finis terbaik pada posisi empat balapan utama di Brands Hatch, Inggris, nyaris mendapat podium dengan hanya berjarak 0,2 detik dari peringkat ketiga, Enrico Tocacello (Italia). Pada musim selanjutnya, ia membalap penuh, kecuali pada seri Afrika Selatan di mana ia digantikan oleh Parthiva Sureshvaren. Ia menang dua kali: pada balapan utama Zhuhai, Tiongkok, dan pada balapan utama seri Inggris. Pada musim tersebut, tim India meraih peringkat sepuluh klasemen akhir. Musim ketiganya di A1GP tidak berjalan mulus akibat perginya sponsor utama dari tim India. Meski demikian, ia masih membawa hiburan bagi tim India dengan podium di balapan singkat seri Inggris. Balapan terakhirnya bukan akhir yang baik, di mana ia terlibat kecelakaan pada lap pertama pada balapan utama seri Inggris, yang juga merupakan balapan terakhir A1 yang pernah digelar.

12. Neel Jani (Swis)
Sumber: Wikipedia (2017)
Pebalap didikan Red Bull yang juga keturunan India ini memulai karier balapnya di GP2 Series pada musim 2005 dan 2006. Setelah itu, ia dipanggil untuk bergabung dengan tim A1 Swis pada musim 2005/06. Ia berhasil meraih sebelas podium termasuk satu kemenangan di balap singkat seri Uni Emirat Arab. Hasil tersebut mengantarkan tim Swis berada di peringkat dua klasemen akhir. Musim selanjutnya, ia kehilangan status pembalap utama karena perannya sebagai pembalap tes untuk Scuderia Toro Rosso di F1. Meski demikian, ia masih menyumbang satu kemenangan di balap singkat seri Malaysia. Musim 2006/07 bukan musim bagus untuk tim Swis yang hanya berada pada peringkat delapan klasemen akhir.

Musim 2007/08 menjadi bukti ketangguhan dirinya setelah kembali menjadi pembalap utama. Dari 20 balapan, sebelas di antaranya merupakan tiga besar, termasuk empat kemenangan: dua di Malaysia, satu di balap utama seri Afrika Selatan, dan satu di balap singkat seri Shanghai. Ia juga hanya tiga kali gagal finis di sepuluh besar. Musim 2008/09 ia kembali menjadi pembalap utama. Pada musim pamungkas A1GP ini, ia meraih empat kali kemenangan di balap singkat Malaysia, balap utama Selandia Baru, balap utama Afrika Selatan, dan balap utama Portugal. Ditambah tiga podium lain di Selandia Baru, Afrika Selatan, dan Inggris, tim Swis berhasil merengkuh posisi runner up untuk musim 2008/09. Total ia berlaga 60 kali, terbanyak di antara pembalap lain di A1GP. Ia juga memegang rekor jumlah kemenangan di A1GP (10 kali), podium terbanyak (30), jumlah pole position (10), dan jumlah lap tercepat (8).

Selepas kariernya di A1GP, ia sempat dikaitkan dengan tim F1 Force India, meski tidak terlaksana. Selanjutnya, ia lebih banyak menghabiskan waktu di ajang ketahanan, di mana ia memenangkan balap Le Mans 24 Jam pada 2016 untuk kategori LMP1. Ia juga menjadi juara World Endurance Championship musim 2016 untuk kategori LMP1 bersama Romain Dumas dan Marc Lieb. Untuk musim 2019/20, ia bergabung dengan tim Porsche yang memulai debut di Formula E.

13. Nelson Piquet Junior (Brazil)
Sumber: Wikipedia (2015)
Nelson merupakan anak dari juara dunia F1 Nelson Piquet Senior. Awal karier balapnya cukup gemilang, di mana dengan tim ayahnya, ia memenangkan gelar Formula 3 Amerika Selatan pada 2002, F3 Inggris pada 2004, dan runner up GP2 Series pada 2006, untuk selanjutnya bergabung dengan tim F1 Renault pada 2008 bersama juara dunia Fernando Alonso. Di antara musim 2005 dan 2006, ia bergabung dengan tim A1 Brazil. Ia memenangkan dua balapan perdana A1GP di Brands Hatch, Inggris, dilanjutkan dengan tiga podium lain di balap singkat Jerman, balap singkat Portugal, dan balap singkat Australia. Ia berpisah dengan tim Brazil setelah tujuh seri (14 balapan) untuk fokus ke ajang GP2 dan digantikan oleh Christian Fittipaldi. Dengan hasil tersebut, tim Brazil menduduki peringkat enam klasemen akhir, hanya berselisih tiga poin dengan tim Malaysia di atasnya dan dua poin dengan tim Belanda di bawahnya.

Setelah itu, kariernya di F1 terhenti setelah ia didepak tim Renault akibat hasil yang kurang memuaskan. Tetapi ia lebih dikenal karena menggegerkan dunia balap dengan skandalnya di GP Singapura 2008 yang ditujukan untuk membantu kemenangan Fernando Alonso. Ia kemudian malang melintang di ajang Nascar, Global RallyCross Championship, hingga ia kemudian menjadi juara utama Formula E pada musim perdana 2014/15, mengalahkan Sebastien Buemi hanya dengan selisih satu poin. Kini, ia berkutat di ajang Stock Car Brasil setelah berpisah dengan tim Jaguar Formula E. Pada daftar ini, ia merupakan satu-satunya pembalap yang pernah meraih podium di A1GP, F1, Nascar (kelas truk), Global RallyCross, Formula E, dan WEC (kelas LMP2).

14. Nico Hulkenberg (Jerman)
Sumber: Wikipedia (2017)
Pembalap yang kini membalap bersama tim F1 Renault ini mengawali karier dengan menjuarai ajang Formula BMW pada tahun 2005. Selanjutnya ia bergabung dengan Formula 3 Jerman pada musim 2006 dan juga A1GP bersama tim Jerman pada musim 2006/07. Pada musim tersebut, tim Jerman sangat dominan di mana Nico menjuarai 9 dari 20 balapan yang dilakoni, termasuk enam kemenangan beruntun dari seri Selandia Baru, Australia, hingga Afrika Selatan, ditambah dengan lima podium lain, hingga tim Jerman meraih total 128 poin, meninggalkan runner up Selandia Baru dengan selisih 35 poin.

Nico hanya membalap satu musim di A1GP. Selanjutnya, ia bergabung dengan Formula 3 Euro Series dan menjadi juara pada musim 2008. Tahun berikutnya, ia naik ke GP2 Series dan menjadi juara. Ia kemudian ditarik menjadi pembalap utama tim F1 Williams bersama Rubens Barichello, setelah setahun sebelumnya menjadi pembalap tes.

15. Nicolas Lapierre (Prancis)
Sumber: Wikipedia (2013)
Nicolas memulai karier balapnya di Formula 3 Euro Series pada musim 2003 dan 2004 dengan prestasi terbaiknya adalah peringkat ketiga pada musim 2004. Selanjutnya, ia naik ke GP2 Series di mana ia membalap di sana pada musim 2005 hingga 2007. Di sela kesibukannya di GP2 Series, ia membalap bersama tim Prancis di A1GP musim 2005/06 hingga 2007/08. Pada musim pertamanya di A1GP, ia berbagi tempat dengan Alexandre Premat di mana keduanya berselang-seling tampil. Dari sebelas balapan yang dilakoninya pada musim pertama, ia memperoleh enam kemenangan dan satu podium kedua, membawa tim Prancis menjadi juara utama. Ia hanya gagal finis sekali di balap utama seri Amerika Serikat. Musim keduanya tidak semulus musim pertama. Ia juga hanya membalap setengah musim sebelum digantikan oleh Loic Duval dan Jean Karl Vernay karena komitmennya di GP2 Series. Kendati demikian, ia masih menyumbang empat podium ketiga untuk tim Prancis. Ia hanya tampil sekali pada musim ketiga, yaitu pada seri Ceko di Sirkuit Brno, di mana ia menempati peringkat enam di balap singkat dan lima di balap utama.

Kariernya selepas A1GP dihabiskan di balap ketahanan, di mana ia menjuarai balap Le Mans 24 Jam empat kali yaitu pada tahun 2015, 2016, 2018, dan 2019 pada kelas LMP2. Ia juga menjuarai World Endurance Championship kelas LMP2 pada musim 2016 dan 2018-19.

16. Nicolas Prost (Prancis)
Sumber: Wikipedia (2012)
Nico merupakan anak dari legenda F1 Alain Prost yang juga penyuka golf seperti ayahnya. Meski merupakan anak dari legenda F1, ia baru merintis karier balap pada usia 22 tahun. Balap mobil premier pertama yang diikutinya adalah A1GP, di mana ia ditunjuk menjadi pembalap muda tim Pancis pada musim ketiga A1GP pada 2007/08. Musim selanjutnya, ia berbagi tempat dengan Loic Duval di mana ia tampil pada empat seri dan Duval tiga. Meski performanya tidak sebagus Duval, ia masih mengumpulkan cukup poin untuk membawa tim Prancis ke peringkat lima klasemen akhir. Ia kemudian dipilih untuk membalap penuh pada musim 2009-10, yang sayangnya tidak pernah terjadi karena A1GP mengalami kebangkrutan.

Karier balapnya kemudian lebih banyak bergerak di balap ketahanan meski ia sempat menjadi pembalap tes untuk tim F1 Lotus Renault pada 2011 hingga 2014. Dari balap Le Mans 24 Jam, ia memenangkan juara pertama pada kelas LMP1-L, kelas yang ditujukan untuk tim balap nonpabrikan. Dari ajang World Endurance Championship, ia juga memenangkan trofi kategori LMP1-Privateer pada musim 2014 dan peringkat tiga untuk kelas LMP2 musim 2017. Di ajang Formula E, bersama Sebastien Buemi ia membawa Renault e.Dams menjuarai kejuaraan konstruktor pada tiga musim pertama Formula E.

17. Robert Wickens (Kanada)
Sumber: Wikipedia (2019)
Robert memulai karier balapnya tahun 2005 di ajang Formula BMW, di mana kemudian ia juga bergabung dengan tim junior Red Bull. Selanjutnya, setelah satu musim di ajang ChampCar Atlantic, ia ditarik untuk mewakili tim Kanada pada musim ketiga A1GP. Ia membalap empat belas kali, dengan hasil terbaiknya adalah kemenangan di balap singkat seri Afrika Selatan ditambah empat podium lain. Sayangnya, prestasi tim Kanada pada musim tersebut kurang konsisten sehingga tim Kanada hanya berada pada peringkat sembilan klasemen akhir.

Selepas membalap di A1GP, Robert menjajal ajang Formula Dua di mana ia berada pada peringkat dua musim 2009, juga ajang GP3 Series di mana ia menjadi runner up musim 2010, dan juara utama pada Formula Renault 3.5 musim 2011. Selanjutnya, karier balap Robert dihabiskan di ajang DTM mulai musim 2012 hingga 2017 di mana ia enam kali memenangkan balapan. Pada tahun 2018, ia bergabung dengan IndyCar Series, di mana ia meraih pole position pada balap debutnya, sebelum kecelakaan hebat pada seri Pocono, di mana ia mengalami cedera tulang belakang, membuatnya mengalami kelumpuhan. Meski demikian, ia berharap dapat kembali berjalan sekitar dua tahun pascakecelakaan.

18. Ryan Hunter-Reay (AS)
Sumber: Wikipedia (2007)
Ryan merupakan pembalap yang hampir seluruh kariernya dilakukan di benua Amerika. Bermula dengan Champ Car Series, ia membalap mulai pada 2003-2005 dengan dua kemenangan. Pada musim kedua A1GP, ia dipanggil untuk mewakili tim Amerika Serikat. Ia sedianya tampil pada seri ketiga di Sirkuit Jalan Raya Beijing. Namun karena terdapat masalah pada tikungan hairpin, trek kemudian diubah dan ia tidak jadi tampil. Ryan baru muncul pada seri keenam di Taupo, Selandia baru di mana pada balap singkat, ia start dari urutan ke-16 dan finis di urutan ke-11. Pada balap utama, ia start dari urutan ke-11 dan kemudian finis di urutan ke-10, membawa satu poin untuk tim Amerika Serikat. Ryan tidak tampil lagi di A1GP setelah balapan tersebut. Kariernya kemudian dihabiskan di IndyCar di mana ia membalap sampai sekarang, dengan prestasi terbaik menjadi juara utama pada musim 2012.

19. Salvador Duran (Meksiko)
Sumber: Autosport[4]
Salvador memulai karier balapnya dengan menjuarai Formula Tiga Inggris pada musim 2005, sebelum ia dipanggil tim A1 Meksiko dan membalap pada tiap musim A1GP. Pada musim pertama, ia membalap empat belas kali dengan dua kemenangan pada seri Amerika Serikat ditambah tiga podium ketiga. Sayangnya, ia kurang konsisten meraih hasil positif, di mana ia gagal finis pada tujuh lomba. Pada musim tersebut, tim Meksiko berada di peringkat sepuluh klasemen akhir dengan 59 poin. Pada musim selanjutnya, Salvador membalap di semua kecuali dua seri terakhir di mana ia digantikan oleh Sergio Perez dan Juan Pablo Garcia. Darinya tim Meksiko meraih empat podium, dan meski tim Meksiko cukup bagus di lima seri awal, mereka kemudian gagal meraih sepuluh besar pada seri tersisa, membuat perolehan poin Meksiko terkejar hingga berada di peringkat sepuluh pada klasemen akhir. Musim selanjutnya, ia hanya membalap pada seri pembuka di Zandvoort, Belanda, di mana ia berada pada peringkat empat pada balap singkat dan balap utama. Salvador kemudian tampil pada empat seri terakhir A1GP pada musim 2008-09, di mana ia meraih podium ketiga pada balap singkat seri Britania.

Salvador sempat menjuarai Daytona 24 Jam pada tahun 2007 bersama Juan Pablo Montoya dan Scott Pruett, namun setelah itu namanya kurang terdengar hingga ia bergabung dengan tim Aguri pada balap Formula E.

20. Sebastien Buemi (Swis)
Sumber: Wikipedia (2016)
Pada usia 17 tahun 335 hari[5], Buemi merupakan pembalap keenam termuda yang pernah berlaga di A1GP, tepatnya pada seri Belanda musim 2006/07. Pada musim tersebut, ia berbagi tempat dengan Neel Jani di mana Buemi tampil pada enam dari sebelas seri pada musim tersebut. Meski tidak pernah meraih podium, ia tampil konsisten meraih poin dengan raihan terbaiknya adalah tiga posisi empat yaitu pada balap utama seri Selandia Baru, balap singkat seri Australia, dan balap singkat seri Shanghai. Pada usia 18 tahun 180 hari, ia menjadi pembalap termuda yang membukukan lap tercepat yaittu pada seri Britania Raya di sirkuit Brands Hatch.

Selanjutnya ia bergabung dengan GP2 Series pada musim 2007 dan 2008 sebelum menjadi pembalap Scuderi Toro Rosso di F1 pada musim 2009 hingga 2011. Setelah keluar dari F1, ia membalap di World Endurance Championship di mana ia menjadi juara utama pada musim 2014 dan 2018-19 untuk kelas LMP1. Sebastien juga membalap di Formula E di mana ia menjadi juara utama musim 2015-16.

21. Sergio Perez (Meksiko)
Sumber: Wikipedia (2016)
Pada usia 17 tahun 79 hari[5], pembalap yang sering dipanggil Checo ini menjadi pembalap ketiga termuda di A1GP, yaitu pada seri Shanghai musim 2006-07. Setelah tampil selama dua musim pada ajang Formula BMW ADAC, ia dipanggil tim A1 Meksiko untuk menggantikan Salvador Duran pada seri Shanghai, Tiongkok. Sebelum seri Shanghai, Checo telah tiga kali mengikuti sesi latihan pada seri Selandia Baru, Australia, dan Meksiko. Pada balap singkat, Checo berada pada posisi ke-15, setelah start dari posisi ke-16. Selanjutnya pada balapan utama, Checo harus keluar saat balapan baru berjalan dua putaran. Checo tidak pernah tampil lagi di ajang A1GP, dan selanjutnya setelah meraih peringkat dua pada ajang GP2 Series musim 2010, ia membalap di F1 hingga sekarang.

Sumber:
[1] "Indonesian A1GP Evemt Stays Dry for A1 Team Lebanon Practice" (https://www.automobilsport.com/teams-pilots--35,29096,Indonesian-A1GP-event-stays-dry-for-A1-Team-Lebanon-practice,news.htm)
[2] Drivers' Club. (http://www.electricgt.co/drivers)
[3] Ho-Ping Tung (https://twitter.com/hopintung)
[4] "Salvador Duran Gets Aguri Formula E Chance in Punta del Este" (https://www.autosport.com/fe/news/117097/duran-gets-aguri-formula-e-chance)
[5] List of A1 Grand Prix Records (https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_A1_Grand_Prix_records)

0 komentar:

Posting Komentar