Dalam ilmu kebahasaan, bukan tidak mungkin suatu kata dalam bahasa yang satu begitu mirip dengan bahasa yang lain dan mempunyai arti yang semakna, walaupun kedua bahasa tersebut tidak saling berhubungan, ataupun kedua bahasa tersebut tidak pernah saling kontak, fenomena ini disebut false cognate.
Ilmu kebahasaan mempunyai kesamaan dengan ilmu genetika dalam hal satu bahasa berasal dari bahasa lain yang lebih tua. Setelah waktu lama berlalu, boleh saja satu orang terlihat mirip dengan orang lain, meskipun tidak berkerabat dekat. Begitu pula dengan "kata" dalam ilmu kebahasaan. Boleh saja suatu kata dalam satu bahasa begitu mirip bahkan semakna dengan kata pada bahasa lain.
Contoh yang sering disampaikan adalah "anjing" dalam bahasa Inggris adalah dog dan bahasa Mbabaram di Australia yaitu dog. Bahasa Inggris dan Mbabaran sebelumnya juga belum pernah mengadakan kontak bahasa, sehingga secara kebetulan kata yang digunakan sama dan semakna.
Beberapa contoh yang melibatkan bahasa di Indonesia antara lain sebagai berikut:
- Bahasa Latin ego dan bahasa Indonesia aku, bahasa Tagalog ako
- Bahasa Latin duo dan bahasa Minangkabau duo
- Bahasa Rusia dva, bahasa Pashto dwa, dan bahasa Indonesia dua
- Bahasa Arab mata dan bahasa Indonesia mati
- Bahasa Yunani kefale dan bahasa Indonesia kepala
- Bahasa Arab/Amhara anta, bahasa Jepang anata/anta, dan bahasa Indonesia anda
- Bahasa Inggris kitten dan bahasa Indonesia kucing, bahasa Tagalog kuting
- Bahasa Inggris and dan Bahasa Indonesia dan
- bahasa Arab sittat (enam) dan bahasa Sanskerta sad
- bahasa Arab sab'ah (tujuh), bahasa Ibrani sheva, dan bahasa Latin septa, bahasa Sanskerta sapta, bahasa Inggris seven
- bahasa Arab ardh (bumi) dan bahasa Belanda aarde, bahasa Inggris earth
- bahasa Ibrani shesh (enam) dengan bahasa Hurrian sheshe, bahasa Persia shesh, bahasa Rusia shest, bahasa Spanyol seis.
0 komentar:
Posting Komentar