Senin, 17 Februari 2014

Kisah Alyonushka dan Ivanushka

Kelompok            : Cerita Rakyat
Asal                     : Rusia
          
          Di sebuah istana, bertakhtalah seorang raja bersama permaisurinya. Mereka memiliki dua anak. Yang laki-laki bernama Ivanushka dan yang perempuan Alyonushka. Setelah raja dan ratu meninggal, kedua anak itu merasa seperti anak ayam kehilangan induk. Karena itu, mereka meninggalkan istana dan ingin melihat dunia luar. Mereka berharap mendapatkan keadaan yang baik. Kedua kakak beradik itu berjalan menyusuri jalan. Mereka sampai pada sebuah kolam. Sekawanan sapi tampak sedang melahap rumput.
          “Kak, aku haus,” Ivanushka mengeluh setelah lama berjalan.
          “Jangan minum Dik, nanti kau jadi anak sapi,” sahut kakaknya.
          Mendengar kata kakaknya, Ivanushka menurut. Mereka terus menyusuri jalan. Keduanya sampai pada sebuah sungai kecil. Tak jauh dari situ, tampak beberapa kuda.
          “Hausku tak tertahankan, Kak!” kembali ia mengusik kakaknya.
          “Tahanlah! Kalau minum, nanti kau jadi anak kuda,” jelas Alyonushka.
          Ivanushka mengurungkan niatnya minum. Ia termakan oleh nasihat kakaknya. Mereka berjalan terus sampai melewati sebuah danau. Beberapa ekor domba terlihat di sekelilingnya. Adiknya merengek kembali mau minum. Namun, dicegah oleh kakaknya. Ia mengatakan bahwa adiknya akan jadi anak domba kalau minum. Ivanushka masih mematuhi nasihat kakaknya walaupun hausnya tak tertahankan.
          “Kak, aku harus minum, boleh ya Kak!” suara adiknya penuh iba memecah kesunyian. Ketika itu mereka melewati sungai yang di sekelilingnya ada tempat makan babi.
          “Jangan Dik! Kalau kau nekat minum, nanti kau jadi anak babi!” lagi-lagi Alyonushka mengingatkan. Dengan kecewa, adiknya tidak jadi meneguk air yang tampak menyegarkan.
          “Ayo, kita jalan lagi,” ajak Alyonushka.
Akan tetapi, ketika mereka melewati sekelompok kambing yang sedang makan rumput, di dekatnya terlihatlah sebuah sumur. Kali ini, Ivanushka tak mau mendengarkan kakaknya yang melarangnya. Rasa hausnya tidak bisa ditangguhkan.
          ‘Saya harus minum sekarang!” dengan segera ia meneguk air sumur. Seketika itu, berubahlah adiknya menjadi anak kambing.
          “Mbek, mbek, mbek,” Ivanushka mengembik menghampiri kakaknya.
          Hati Alyonushka terasa tersayat melihat adiknya. Diambilnya ikat pinggang dari sutra. Lalu, ia mengikat kambing itu dan menghelanya. Kemudian keduanya berjalan terus hingga sampai di kebun seorang raja. Secara kebetulan, pembantu raja melihatnya dan menceritakan kepadanya.
          “Tuanku, hamba lihat kambing di kebun. Pemiliknya seorang gadis cantik.”
          “Cobalah tanyakan siapa dia!” perintah raja ingin tahu.
          “Sebenarnya aku putri raja dan ini adikku, seorang pangeran. Ia telah berubah menjadi seekor kambing. Adikku tidak menurut nasihatku. Ia meminum air sumur. Kedua orang tuaku telah meninggal dunia.” Demikianlah kisah Alyonushka kepada pembantu raja.
          “Panggilah kemari!” perintah raja setelah mendengar cerita dari pembantunya.
          Kecantikan wajah Alyonushka membuat raja terpikat padanya. Raja langsung meminangnya. Pernikahan Alyonushka dan raja segera berlangsung. Alyonushka menjadi ratu dan tinggal di istana. Kambing itu tetap berada di kebun.
          Pada suatu hari, raja pergi berburu. Tiba-tiba muncullah seorang wanita penyihir. Ia membuat ratu menjadi sakit. Dari hari ke hari, tubuhnya semakin kurus dan pucat. Sejak ratu sakit, seakan semua turut bersedih. Rumput, bunga-bunga, dan pepohonan layu terkulai.
          “Alyonushka, sakitkah engkau!” tanya raja ketika pulang berburu.
          “Ya,” jawabnya lemah.
          Keesokan harinya, raja pergi lagi berburu. Kesempatan inilah yang ditunggu si wanita penyihir. Ia mendatangi ratu, katanya, “Pergilah ke danau! Minumlah air itu, pasti akan sembuh.”
          Tanpa curiga, ia menuruti kata-kata si penyihir. Waktu matahari terbenam, ratu pergi ke danau. Diam-diam penyihir mengikutinya. Lalu ia mengikat Alyonushka yang lemah dengan batu. Kemudian, ditenggelamkannya ke dasar danau. Kambing melihat kejahatan si penyihir. Ia sedih sekali, naun tidak berdaya.
          Setelah ratu tenggelam, penyihir mengubah dirinya menjadi ratu. Sewaktu raja pulang, dilihatnya ratu telah sembuh. Hati raja gembira karena ia sama sekali tidak tahu kejadian sebenarnya. Mereka pun makan bersama.
          “Di mana kambing kecilmu?” tanya raja.
          “Kita tidak butuh kambing di sini. Aku usir! Semua jadi bau karenanya,” kata ratu.
          Pada lain hari, raja berburu lagi. Si penyihir mendapat peluang. Ia memukuli kambing tanpa belas kasihan. Ia hampir mati kalau raja tidak datang.
          “Aku muak dengan kambing itu. Akan kusembelih dia!”
          Raja merasa iba pada kambing. Akan tetapi, ratu mengomel terus menerus. Lama-lama, raja membiarkan kambing itu dibunuh. Sebelum dibunuh, kambing melihat pisau yang sedang diasah. Berlarilah ia menemui raja, katanya, “Tuan, izinkan hamba ke danau. Hamba mau minum dan mandi.”
          “Pergilah, kambing kecil!”
          Ia berlari ke danau tempat kakaknya ditenggelamkan. Sambil menangis, ia berseru-seru memanggil kakaknya.
          “Alyonushka, kakakku sayang. Menyembullah, adikmu datang.
          Hari sudah siang. Esok hari ku tak bisa datang. Aku takut.”
          Terdengar jawaban kakaknya.
          “Ivanushka, sayang. Batu berat membuatku tenggelam. Dadaku terbelit ular ganas.
          Kambing itu berlari pulang. Waktu tengah hari, ia mohon izin raja ke danau. Raja mengabulkannya.
          Sesampainya di danau, ia memanggil kakaknya. Suara tangisnya menyayat hati.
          “Alyonushka, kakakku sayang. Menyembullah, adikmu datang. Hari sudah siang. Esok hari ku tak bisa datang. Aku takut.”
          Terdengarlah jawaban kakaknya.
          “Ivanushka, sayang. Batu berat membuatku tenggelam. Dadaku terbelit ular ganas.”
          Mendengar itu, berlarilah ia pulang. Kemudian, ia minta izin raja ke danau lagi.
          “Mengapa ia bolak-balik ke danau? Ada apakah di sana?”
          Karena ingin tahu, raja diam-diam mengikuti dari belakang. Sesampainya di sana, raja mendengar kambing memanggil-manggil kakaknya.
          “Alyonushka, kakakku sayang. Menyembullah, adikmu datang. Hari sudah siang. Esok hari ku tak bisa datang. Aku takut.”
          Jawab kakaknya, “Ivamushka, sayang. Batu berat membuatku tenggelam. Dadaku terbelit ular ganas.”
       Kambing itu mengulangi seruannya. Pada saat itu, Alyonushka muncul di permukaan air. Raja melihatnya. Dengan tangkas, ia menarik tangannya dan dipegangnya.
          Batu berat dilepaskannya dari punggungnya. Lalu, ia ditarik keluar dari air. Bertanyalah raja pada Alyonushka yang menderita. Ratu menuturkan bahwa wanita penyihir yang melakukannya. Mendengar cerita itu, raja sangat marah.
          Kemudian, mereka pulang ke istana. Raja merasa gembira karena ratu telah kembali. Akhirnya, raja menjatuhkan hukuman mati kepada wanita penyihir. Keluarga raja kembali hidup bahagia, demikian pula si kambing kecil. Ia tak jadi mati dan kemudin tinggal bersama kakaknya di kebun.

Komentar
Melalui cerita ini, kita bisa belajar bersikap sabar dan berbuat kasih. Ivanushka mengabaikan nasihat kakaknya karena tidak tahan haus. Akibat ketidaksabarannya tersebut, ia berubah menjadi anak kambing. Dalam menghadapi cobaan, kedua bersaudara itu terlihat saling menolong dan saling menyayangi. Berkat kasih sayang di antara keduanya, akhirnya mereka bisa terlepas dari perbuatan jahat penyihir dan kemudian hidup bahagia.

Sumber:
Rukmi, Maria Indra dan Mu’jizah. 2000. Cerita Rakyat dari Rusia. Jakarta: Grasindo.

Lihat pula:
Afanasiev, Alexander. 1985. Russian Folktales. Moskow: Raduga.

Animasi dari kisah ini:
(Bahasa Rusia) Сестрица Аленушка и братец Иванушка 
(http://www.youtube.com/watch?v=tqnGVXxjsZ0)

Informasi mengenai Eropa Timur (Slavia):
1. Budaya, bahasa, dan pustaka: Blog Jiwa Slavia
2. Film berbahasa Slavia: http://film-jiwaslavia.blogspot.com/

0 komentar:

Posting Komentar